Di suatu pagi yang cerah dan indah, saat sinar matahari memancar menghangatkan tubuh disertai kicauan burung merpati, ada seorang gadis yang sedang mempersiapkan diri untuk memulai hari yang indah. Gadis itu bernama Fathina Ayu Anjani, yang biasa dipanggil Fathin. Dia adalah remaja berumur 14 tahun yang duduk di kelas 2 SMP. Fathin sangat suka membuat puisi sejak dia duduk di kelas 5 SD, sudah ada belasan puisi yang ia buat. Ia berasal dari keluarga yang sederhana, mamanya bekerja sebagai pekerja kantoran. Dia anak yatim, dia adalah anak semata wayang,  ditinggalkan ayahnya saat ia berusia 4 tahun.

 

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB, sudah saatnya Fathin keluar dari kamarnya, dengan mengenakan seragam rapi dan menuju meja makan untuk sarapan bersama mamanya.

 “Selamat pagi sayang,” sapa mamanya sembari mengoleskan selai pada roti.

“Pagi ma,” balas Fathin dengan senyuman yang lebar. Fathinpun duduk dan meminum susu yang telah dibuatkan mamanya tadi. Tak lama mereka sarapan di meja makan, akhirnya, Fathinpun berpamitan kepada mamanya untuk berangkat sekolah.

 

Fathin berangkat ke sekolah dengan ojek online.   Sesampainya di kelas, dia disambut baik dengan teman-temannya. Fathin memang anak yang baik dan pintar, sehingga dia mempunyai banyak teman. Tetapi, karena kepintaran dan kecantikan Fathin, ada beberapa anak perempuan di sekolahnya yang iri dan tidak menyukainya.

 “Halo Fathin!” sapa salah satu teman sekelasnya.

 “Hai,” balas Fathin dengan tersenyum manis. Setelah itu Fathin meletakkan tasnya dan melanjutkan menulis puisi yang belum diselesaikannya.

Pada pukul 07.00 bel masuk sekolah berbunyi, semua siswa SMP Nusa Bangsa masuk ke kelasnya masing-masing. Di kelas Fathin, jam pertama adalah  pelajaran Bahasa Indonesia dengan Bu Nisa

“Selamat pagi anak-anak,” salam Bu Nisa sambil berjalan memasuki kelas 8a dan menuju meja guru.

“Pagi bu!” balas seluruh siswa dengan kompak.

“Bagaimana kabar kalian semua?” tanya Bu Nisa kepada siswa-siswi kelas 8a

“Baik bu!” sahut seluruh siswa.

“Alhamdulillah jika kalian semua sehat,” balas Bu Nisa dengan senyuman.

“Ibu punya informasi nih, bahwa ada lomba Cipta Puisi tingkat nasional yang akan diselenggarakan bulan depan. Satu sekolah perwakilan 1 siswa. Ibu dengar di kelas ini ada yang suka membuat puisi, ya?” ucap Bu Nisa.

“Iya bu, ada, Fathin sangat suka membuat puisi,” sahut Dilla sambil menunjuk ke arah Fathin.

“Oh.. Fathin ya? Nanti  setelah jam saya, ikut saya ya,” kata Bu Nisa

“Baik bu,” jawan Fathin dengan nada sopan.

Setelah jam Bahasa Indonesia selesai, Fathinpun melaksanakan perintah Bu Nisa untuk ikut dengannya. Bu Nisa mengajak Fathin ke ruang guru.

“Fathin, apa kamu siap jika saya daftarkan untuk mengikuti lomba puisi ini?” tanya Bu Nisa sembari menunjukkan kertas berupa brosur lomba kepada Fathin.

“Insyaallah saya siap bu,” jawab Fathin dengan menganggukan kepala.

“Kamu sudah lama suka membuat puisi?” tanya Bu Nisa.

“Sudah lumayan lama bu, sejak saya kelas 5 SD” balas Fathin.

“Sudah berapa banyak puisi yang kamu buat dan tentang apa saja?” tanya Bu Nisa lagi.

“Kurang lebih sudah sekitar 11 puisi bu. Temanya juga beda-beda ada yang tentang kehidupan, percintaan, pendidikan, ada juga tentang persahabatan dan agama. Besok saya bawa deh bu puisi-puisi yang saya buat,” jawab Fathin.

Oke deh kalau begitu. Besok temui saya di ruang guru ya,” balas Bu Nisa.

“Siap bu!” sahut Fathin dengan nada bersemangat. Setelah itu Fathin berpamitan kepada Bu Nisa untuk kembali ke kelasnya.

 

Pada saat pukul 14.00, bel sekolah berbunyi menandakan bahwa sudah saatnya pulang. Fathin pulang ke rumah bersama teman sekelasnya yang bernama Ria. Mereka pulang menggunakan sepeda milik Ria.

Pada saat di perjalanan Ria membuka percakapan, “Fathin, kamu jadi ikut lomba Cipta Puisi?” tanya Ria sambil mengayuh sepedanya.

“Iya, aku jadi ikut lomba itu,” jawab Fathin.

“Oh… puisi tentang apa yang akan kamu buat?’” tanya Ria lagi

“Sepertinya aku akan membuat puisi tentang pendidikan, atau aku akan memakai puisi yang sedang aku buat,” jawab Fathin

“Oh… ya sudah, kamu semangat terus ya Fathin. Aku yakin banget kalau kamu akan menang,” balas Fathin

“Aamiin, semoga saja ya, terima kasih Ria,” sahut Fathin.

 

Setelah kurang lebih 15 menit mereka mengendarai sepeda dari sekolah, akhirnya mereka tiba di rumah Fathin.

“Ria, ayo masuk dulu ke rumahku,” ajak Fathin.

“Kalau nggak keberatan, aku main dulu deh,” balas Ria dengan tersenyum dan menunjukkan gigi rapi nya.

“Sama sekali nggak, lagian mamaku juga sedang bekerja, jadi aku di rumah sendirian,” jawab Fathin sambil mengajak Ria memasukin rumahnya.

“Oke deh, aku masuk ya,” balas Ria dan melangkahkan kakinya memasuki rumah Fathin.

Sudah sekitar 2 tahun mereka berteman tetapi ini baru pertama kalinya Ria bermain ke rumah Fathin.

Fathin mengajak Ria ke kamarnya. Fathin menunjukkan piala-piala yang diletakkan di rak dinding dan juga ada sertifikat yang dia pajang di dinding kamarnya. Piala dan sertifikat itu ia dapat dari mengikuti lomba puisi. Ada juga foto-fotonya yang tertempel di pojok kamarnya. Kamarnya terlihat sangat bersih, rapi, dan wangi, sama seperti Fathin yang selalu tampil rapi dan wangi. Sore harinya, Ria berpamitan pulang kepada Fathin karena sebentar lagi mama Fathin pulang kerja.

“Fathin, aku pamit pulang dulu ya, sudah sore,” ucap Ria.

“Iya Ria, kamu hati-hati ya,” balas Fathin dan mengantarkan Ria ke depan rumahnya.

 

Tak lama Ria meninggalkan rumah Fathin, mama Fathin pulang kerja dengan menggunakan ojek online.

“Loh, kamu kok di depan rumah, nak?” tanya mama Fathin yang datang menghampiri Fathin di depan pintu rumahnya.

“Iya ma, tadi Ria teman Fathin datang ke sini, baru saja dia pulang,” jawab Fathin.

Lalu Fathin dan mamanya masuk ke dalam rumah.

 

Pada malam hari, Fathin dan mamanya makan malam di meja makan. Fathin sangat menikmati makanan yang dimasak oleh mamanya. Fathin membuka percakapan,

“Ma, Fathin tadi disuruh ikut lomba Cipta Puisi,” ucap Fathin.

“Oh, bagus dong nak. Memang kapan lombanya?” tanya mama Fathin.

“Bulan depan,” jawab Fathin sambil menyuapkan sendok ke mulutnya.

“Oh ya udah, kamu semangat terus ya, tunjukkan yang terbaik untuk sekolahmu,” nasihat mama Fathin.

“Pasti dong ma!” jawab Fathin dengan nada agak tegas.

 

Seminggu sebelum acara lomba itu diadakan, Fathin jatuh sakit, ia menderita penyakit typus dan harus dirawat di rumah sakit. Karena ia sakit, jadi persiapan lombanya agak terganggu dan Fathin harus lebih banyak beristirahat. Saat hari acara lomba itu dilaksanakan, Fathin belum pulih 100% dari sakitnya. Tetapi, ia harus tetap mengikuti dan menghadiri acara lomba tersebut karena ia tidak ingin mengecewakan sekolahnya.

“Kamu benar mau datang ke lomba itu, Fathin? Sedangkan kamu belum benar-benar sembuh” tanya mama Fathin yang mengkhawatirkannya.

“Iya ma, aku sudah tidak apa-apa kok,” jawab Fathin.

“Ya sudah kalau kamu yakin, hati-hati ya,” ucap mamanya.

“Iya ma. Fathin berangkat dulu ya,” balas Fathin sambil menyalimi mamanya. Setelah itu Fathin berangkat menggunakan ojek online.

 

Sesampainya di tempat pelaksaan lomba, ia mengikuti arahan lomba dengan baik. Pada pukul 14.00 WIB, perlombaan membuat puisi dan kemudian membacakannya di depan para juri telah selesai. Dan akan di lanjut dengan pengumuman pemenang pada pukul 16.00 WIB. Saat waktu istirahat, Fathin dan guru pendampingnya yaitu Bu Nisa memakan makanan yang diberikan oleh panitia sembari berbincang-bincang.

“Fathin, masalah menang atau tidak itu urusan belakang, yang terpenting kamu sudah mau berusaha dan jangan lupa untuk selalu berdoa,” nasihat Bu Nisa kepada Fathin.

“Baik bu, saya selalu berdoa semoga saya mendapatkan hasil yang terbaik dari yang baik,” jawab Fathin. Lalu merekapun lanjut makan.

 

Pukul 16.00 pun tiba, waktu yang sangat Fathin tunggu-tunggu. Host dan para juri menaiki panggung untuk mengumumkan pemenang dari lomba Cipta Puisi tersebut. Host menyebutkan nama-nama pemenang dan juri memberikan hadiah kepada pemenang, hadiah itu berupa uang tunai, piala, dan sertifikat. Pemenang yang disebutkan oleh host  adalah dari juara harapan 3, harapan 2, harapan 1, juara umum 3, juara umum 2, dan…

 “Dan juara umum 1 lomba Cipta Puisi diraih oleh…” ucap host yang membuat seluruh peserta lomba tegang.

“…Fathina Ayu Anjani dari SMP Nusa Bangsa…” lanjut host yang membuat Fathin dan Bu Nisa terkejut bukan main. Fathinpun menaiki panggung untuk menerima penghargaan.

 

Saat turun panggung Fathin disambut baik oleh Bu Nisa,

“Alhamdulillah ya nak, kamu menang,” ucap Bu Nisa sambil mengacak pundak Fathin.

“Iya bu Alhamdulillah saya bisa membawa nama baik sekolah,” balas Fathin sambil tersenyum lebar. Lalu merekapun berbincang-bincang.

 

Puisi “Perjuanganku Mencarimu” yang berisi tentang perjuangan siswa kekurangan untuk menuntut ilmu yang banyak melewati cobaan baik soal fisik, keuangan, dan perjalanan ke sekolah. Puisi yang ditulis oleh Fathin itu dapat membawa nama baik sekolah sampai di juara umum 1 tingkat nasional. Meskipun pada saat lomba ia tidak dalam kondisi sehat, ia tetap bersemangat dan tidak menyerah sehingga hasilnya sangat memuaskan. Fathin sangat bahagia, karena ia dapat membanggakan mamanya, sekolah, dan teman-temannya.     

Karya : Tiara Syifa Ramadhani    

Contributor
Do you like Bintu Khansa0611's articles? Follow on social!
Comments to: PEJUANG TANGGUH DI MASA PANDEMI

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Attach images - Only PNG, JPG, JPEG and GIF are supported.