Senja dan Mama menjadi satu keterkaitan di saat ada separuh rasa yang hilang di hati Mama. Senja dan Mama adalah perasaan rindu yang berpaut dengan perasaan cinta, seperti pemandangan langit senja yang menenangkan menjadikan senja yang begitu hangat untuk dinikmati banyak orang hingga menjadikan senja yang sangat istimewa.
Senja menjadi teman setia Mama menemani sore, membelai rindu, menciptakan suasana manis dan romantis yang hanya Mama yang dapat merasakan. Saat raga tak lagi dapat bersama, saat hidup tak lagi sempurna, Mama menjadikan senja peralihan terindah yang menyejukan hati dan pikiran bahwa hidup tak hanya tentang kehilangan, tentang sedih, dan tentang kecewa.
Mama pribadi yang kuat, yang entah aku tidak tahu di dalam hatinya sepedih dan seperih apa Mama menghadapi hidup yang terasa tidak adil ini. Mama terasa hidup dalam kepura-puraan, senyum yang terkesan dipaksakan, tawa yang menyiratkan banyak luka serta ceria yang memendam rasa kepedihan. Mama adalah teman pertamaku dan teman untuk selamanya. Sosok terbaik dan paling berjasa, tanpa pamrih dan mengharap balasan dengan ikhlas merawat dan membesarkan anak-anaknya. Seperti senja dan Mama yang tak pernah terpisahkan.
Di sini, di teras depan rumah di saat sore menjelang aku Zeera Almira untuk ke sekian kalinya menyaksikan Mama termenung memandang langit sore ditemani secangkir kopi yang tidak terlalu manis dan beberapa potong cemilan oleh-oleh dari kakakku sepulang study tour dari Jogja.
Aku menghampiri mama, seraya memanggilnya, “Ma”, Mama menoleh
“Lagi apa ma?” tanyaku berbasa-basi karena aku tahu sejak kapan Mama menyukai senja. “Biasa Zee, kamu baru pulang?” tanya Mama balik.
“Iya Ma, tadi aku mampir sebentar ke rumah Shanum melengkapi tugas kelompok untuk besok”, terangku.
“Sini Zee, temani Mama”, ajak Mama, lalu aku duduk di hadapan Mama.
“Sore ini cuaca hangat ya Ma, serasa syahdu romantis gitu”, kelakarku.
Mama tersenyum sambil menjawab “Biasa aja bahasa kamu Zee kaya pujangga” Aku dan mama tertawa bersamaan.
“Langit sore ini indah ya Ma?” pandangku ke atas.
“Ya, itulah kenapa Mama senang menghabiskan sore di sini, selain indah, memandang senja pun membuat hati Mama terasa tenang, damai, dan hangat meskipun kadang terselip kenangan masa lalu yang menyesakkan dada”.
“Ah Mama, aku jadi melow nih”, ucapku, lalu memeluk Mama dari samping Mama menepuk-nepuk tanganku sambil berujar, “Jangan baper Zee nanti laper”. Kembali aku dan Mama tertawa bersamaan.
Lalu, Mama berkata “kamu tau nggak Zee, kalau banyak orang yang mengganggap senja sebagai bentuk kesedihan dan kegalauan?”
Aku menggeleng, Mama kembali berujar “kalau untuk Mama, senja banyak mengajarkan bahwa kehidupan tak selalu berjalan sesuai keinginan, senja juga mengajarkan ikhlas ketika pagi harus pergi karena datangnya malam serta senja mengajarkan bahwa keindahan tak harus datang lebih awal”.
Aku tersenyum memandang Mama “Keren Ma kata-katanya seperti filosofi hidup” mama tersenyum memandangku.
Suara adzan Maghrib berkumandang, aku dan Mama masuk ke dalam rumah mengakhiri santai sore ini melepas senja.
Di dalam kamar, aku berbaring sambil merenung tentang pandangan Mama terhadap senja yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya, ternyata banyak kesan yang indah tentang keindahan alam yang diberikan Tuhan untuk kehidupan yang dengan berbagai ragam macam dan bentuknya. Semoga alur kehidupan bisa menjadikan kita manusia yang kuat karena sejatinya Tuhan akan menaikan derajat manusia jika kita mampu melewati ujian dan cobaan, dan Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan umat-Nya. Sabar dan ikhlas
dengan keadaan yang ditakdirkan agar hati terasa lapang meski terasa berat dalam menjalankannya, tapi itulah sebabnya manusia pasti tidak terlepas dengan cobaan dan ujian hidup. Mampu mengambil hikmah dalam setiap kejadian yang ada dan selalu bersyukur maka Insya Allah kita akan mampu melewati ujian di kehidupan. Jangan mengeluh sesulit apapun keadaan kita, yakin bahwa dalam setiap ujian adalah cara Tuhan mendewasakan kita karena ujian hidup ini tak ada yang abadi.Teruntuk senja tetaplah selalu indah dan bersinar, sejukkan hati penikmatmu dengan secercah asa tanpa terpaku pada kenangan masa lalu demi masa depan yang lebih baik.
Untuk Mama, bidadari surgaku, manusia terbaikku, terimakasih untuk cinta kasih dan sayangmu, untuk semua hal baik yang kau ajarkan untukku. Suatu saat aku ingin seperti dirimu, I LOVE YOU MAMA.
Penulis : Ernestha Putri Iskandar
No Comments
Leave a comment Cancel