Di suatu pagi menjelang siang, terlihat seorang gadis yang sedang berkutat menyiapkan diri untuk memulai hari yang indah itu. Gadis remaja itu bernama Branettha Cattleya. Yaa… karena kecintaan ibunya terhadap bunga tersebut, akhirnya ibunya menamakan dengan bunga tersebut. Dia biasa dipanggil dengan Netha.

Netha berasal dari keluarga yang sederhana, ayahnya sebagai petugas kantor pos dan mamanya sebagai ibu rumah tangga. Di mata orang tuanya dia adalah gadis yang sangat istimewa meskipun dia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda.

Selama menginjakkan kaki di SMP, Netha belum pernah menginjakkan kaki di sekolah, karena sedang ada pandemi Covid-19. Covid-19 yang sudah melanda Indonesia kurang lebih 1½ tahun lamanya, mulai dari Netha kelas 6 sampai sekarang kelas 8.

Meskipun banyak teman-teman di sekolahnya yang tidak menghiraukan Netha, tapi Netha mempunyai seorang teman yang selalu menerima dia apa adanya. Namanya adalah Fia. Fia selalu menerima kekurangannya.

Pada saat Netha merasa kesepian Netha menelepon Fia. Mereka saling bertukar cerita. Setelah 1 jam mereka telponan, telpon pun di tutup, karena Fia harus berangkat les.

Pada keesokan harinya, Netha ada pembelajaran secara online, akhirnya ibunya membangunkan Netha seperti biasa. Akhirnya Netha pun bangun dan segara mandi. Setelah mandi, dia lanjut sarapan, kemudian dia mulai melakukan pembelajaran dari rumah.

Pembelajaran di mulai oleh guru dengan melaksanakan Zoom Meeting. Netha memang terkenal anak yang rajin, pintar, dan selalu bersemangat, walaupun dia memiliki kekurangan. Netha selalu menjawab pertanyaan guru ketika guru nya bertanya, dan dia selalu menjadi murid kesayangan gurunya.

Pada saat Zoom Meeting selesai, tiba tiba pintu rumah Netha diketuk oleh seseorang, dan ternyata dia adalah Fia. Setelah mereka saling bertukar kabar akhirnya Netha mengajak Fia ke taman belakang rumah.

Fia bertanya, “Neth, kamu kok bisa semangat terus sih? Padahal kamu punya kekurangan. Maaf ya kalau pertanyaanku menyinggung.”

“Iya, memang aku punya kekurangan. Tapi aku tetep bersyukur Fi, aku masih bisa bertahan sampai detik ini. Jadi aku harus tetep semangat” jawab Netha.

Fia bertanya kembali “Apa sih yang bikin kamu selalu semangat?”

“Walaupun aku punya kekurangan, aku juga punya mimpi yang harus aku gapai, aku tetap ingin membanggakan orang tuaku dengan caraku” jawab Netha.

“Ohh gitu. Kamu harus tetap semangat ya Netha, aku yakin kamu pasti bisa” kata Fia menyemangati Netha.

“Iya Fia, terima kasih karena kamu sudah selalu support aku, kamu juga selalu semangat ya, jangan lupa untuk selalu bersyukur” jawab Netha.

“Oke Netha, terima kasih juga” kata Fia.

Setelah beberapa menit mereka mengobrol, mama Netha datang dengan membawa 2 gelas jus dan beberapa cemilan. Netha dan Fia pun mengucapkan terima kasih kepada mama Netha dan lanjut bercerita.

Setelah itu, Fia pun pulang. Kemudian Fia berpamitan kepada Netha dan mama Netha. Sebelum Fia meninggalkan Netha, tak lupa Fia untuk memeluk Netha.

Saat Fia pulang Netha merasa bosan, karena dia tidak punya teman. Seperti biasa ketika Netha bosan, Netha selalu membuat catatan dengan lattering atau kadang ia menggambar. Ya, itu lah hobi Netha. Dia adalah anak ambisius, hampir setiap minggu ia mengikuti webinar atau olimpiade via online. Anak yang sopan dan ramah, membuat orang yang berada di sekitarnya merasa nyaman. Waktu luangnya selalu ia buat dengan hal-hal yang bermanfaat. Dan tidak lupa dia selalu bersyukur dan bersemangat.

Karya : Tiara Syifa .R.

Contributor
Do you like Bintu Khansa0611's articles? Follow on social!
Comments to: Keasyikan Belajar dari Rumah di Masa Pandemi Covid-19

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Attach images - Only PNG, JPG, JPEG and GIF are supported.